Saudaraku, minggu yang lalu kita berefleksi tentang indahnya
kebersamaan yang dibangun atas landasan saling percaya. Menindaklanjuti refleksi
ini, masih dalam tataran hidup bersama itu, bacaan-bacaan yang kita dengar hari
ini mengundang kita untuk memperdalam komitmen iman kita yang nyata, yang
terjelma dalam ungkapan kasih kita yang tulus kepada Tuhan lewat sesama.
Saya ingin membagikan refleksi saya hari ini berangkat dari bacaan
Injilnya. Bacaan ini mengetengahkan dua situasi yang cukup menarik. Situasi
pertama menggambarkan keraguan,
kesedihan dan rasa kurang nyaman dengan hidup yang lalu membuat Petrus dan para
murid lainnya mengambil sebuah keputusan drastis, kembali ke kehidupan mereka
yang dulu sebagai penjala ikan. Ketidakhadiran Yesus membuat mereka merasa
sangat sepi dan tak bergairah.
Situasi Petrus dan kawan-kawan ini menggambarkan realitas hidup harian
kita sendiri. Kadang kita merasa sendirian, ditinggalkan dan kehilangan gairah
lantaran persoalan yang tak kita pahami, kesulitan yang terus mendera dan
penderitaan yang tak ingin kita pikul. Dalam situasi seperti ini, kita
diingatkan oleh Tuhan dalam bacaan Injil hari ini bahwa Ia tak pernah akan
meninggalkan kita sendirian. Ia selalu ada dan bersama-sama dengan kita.
BersamaNya, semua pasti akan beres. Yang sangat dibutuhkan di sini hanyalah,
kesediaan untuk mengikuti dan juga kesetiaan untuk melaksanakan semua yang
Tuhan kehendaki dari kita.
Situasi kedua diketengahkan Penginjil mengenai dialog yang intens antara
Yesus dan Petrus sesaat setelah perjamuan bersama. Yesus menanyakan kepada
Petrus mengenai arti cinta dan kewajiban yang terbersit di balik kata itu. Sebanyak
tiga kali Yesus melontarkan pertanyaan itu dan memberiksan sebuah pesan moral
yang sangat penting, tidak sekedar mengumbar cinta lewat kata-kata, namun
membuktikannya lewat cara hidup.
Cinta....ini tema yang menarik dan juga
menantang. Sebuah petuah indah kiranya mengingatkan kita tentang tanggung jawab
kita mengenai cinta itu sendiri. Dibutuhkan hanya beberapa detik untuk
mengatakan, I Love you, 5 menit untuk menjelaskan mengapa I love you, 10 menit
untuk meyakinkan dia tentang ketulusan I love you itu, namun, dibutuhkan
seluruh hidup untuk membuktikan itu…
Percakapan antara Petrus dan Yesus ini
mengingatkan kita bahwa cinta itu tak sebatas janji muluk belaka. Ia harus
dibuktikan dalam hidup nyata. Cinta yang dimaksudkan oleh Yesus adalah cinta
yang benar-benar tulus, yang rela membaktikan diri bagi kepentingan cinta itu
sendiri. Cinta ini adalah yang mengabdi kepada sesama dan Tuhan secara total
tanpa pamrih, yang menjadikan Yesus sebagai contoh dan teladan cinta itu
sendiri. “Tiada cinta yang lebih besar dan lebih indah daripada cinta seorang
yang menyerahkan nyawanya bagi sahabatnya” Dia memberi contoh, kita diharapkan
untuk mengikuti jejakNya.
Dalam hal ini, bacaan pertama menyuguhkan
kepada kita tentang bagaimana cinta Petrus dan kawan-kawanNya diwujudkan dan
dihidupi dalam sebuah situasi nyata. Dalam usahanya untuk membungkam Petrus dan
kawan-kawannya, para penguasa menggunakan berbagai macam cara. Namun semua ini
tak mempan. Petrus dengan berani mewartakan kebenaran imannya tanpa merasa
takut akan konsekuensi berat yang akan menimpanya. Mereka malah menjadi
bahagia, bisa melaksanakan tugas pewartaan tersebut karena sudah merupakan
komitmen yang mereka pilih dan pegang. Dengan cara ini mereka menghidupi secara
nyata apa yang ditulis oleh Yohanes dalam penglihatannya, sebagaimana
digambarkan dalam bacaan kedua. Hanya kepada Allah-lah mereka semua berbakti
dan mengabdikan diri, menunjukkan cinta tulusnya lewat karya dan cara hidup.
Titik-titik refleksi....
@ Indah dan tenangnya hidup bersama Tuhan. Dia tak pernah meninggalkan kita sendirian
@ Do you love me? Don't tell me....Show me.....