Friday, April 5, 2013

Minggu II Paska: Indahnya Kebersamaan


Kebersamaan itu indah, apabila dibangun atas dasar yang kokoh: saling percaya....

Saudara dan saudariku yang terkasih. Hari ini kita merayakan Minggu II Paskah, pesta kemenangan Kristus atas dosa dan maut. Kisah kebangkitan Kristus di satu pihak menjadi landasan kebahagiaan dan ketenangan bagi mereka yang percaya, namun bagi mereka yang ragu, kisah ini justeru mendatangkan banyak tanda tanya sekaligus usaha untuk membuktikan kebenarannya. Dalam konteks inilah, bacaan-bacaan suci di hari Kerahiman ini mengajak kita untuk bercermin pada kisah yang disajikan dan berusaha memperbaiki diri agar bisa memperkokoh kebersamaan. Dengan kata lain, bacaan-bacaan suci hari ini memberikan resep bagaimana memperkokoh kebersamaan kita sebagai satu keluarga....
Dalam bacaan I yang dikisahkan Lukas mengetengahkan bagaimana iman dan kepercayaan bertumbuh dalam diri sekian banyak orang karena pewartaan para murid yang diperteguh dengan mujizad yang mereka lakukan atas nama Yesus, Dia yang sudah disalibkan namun bangkit dari maut. Para murid berani mewartakan kebenaran yang mereka imani, meninggalkan rasa takut dan bimbang karena karya-karya Tuhan yang mereka alami saat itu. Dan sebagai respons, umat terus saja menanamkan rasa percaya mereka kepada Tuhan dengan bergabung dalam kebersamaan bersama para rasul.
Mengenai karya pewartaan ini, Yohanes dalam bacaan II dari Kitab Wahyu mengetengahkan penglihatannya, di mana ia diminta untuk menuliskan semua yang disaksikannya sebagai satu bentuk pewartaan kepada orang lain. Kesaksian Yohanes ini bisa dilihat sebagai sumber penguatan bagi mereka yang lain terutama dalam situasi sulit yang dialami oleh kelompok pengikut Kristus pada saat itu sebagaimana dikatakan Yohanes pada awal bacaan kedua ini.
Kesulitan yang dihadapi dan dijalani komunitas pengikut Kristus ini dijelaskan lebih mendetail dalam bacaan Injil hari ini. Selain konflik internal yang mereka alami, lantaran ketidakpercayaan di antara mereka sendiri, mereka juga takut akan tekanan politis dari pihak yang berkuasa berkaitan dengan peristiwa penyaliban Yesus. Contoh nyata tentang konflik internal ini adalah Thomas yang menuntut sebuah bukti konkret ketika diberitahukan mengenai kebangkitan Yesus. Konflik internal dan ketakutan ini membuat mereka menjadi tidak merasa damai.
Dalam ketidatenangan, ketakutan dan keributan internal inilah, Yesus menyapa mereka dengan Salam DamaiNya, “Damai Sertamu...” Dengan Salam ini Yesus ingin mengatakan kepada mereka untuk saling mendengarkan, saling menguatkan dan saling percaya. Kebersamaan akan menjadi semakin rapuh bila tidak ada rasa saling percaya antar sesama anggota. Kekuatan akan menjadi semakin melemah bila setiap anggotanya ‘menghilang’ atau menuntut ini dan itu hanya untuk sekedar memenuhi keinginan pribadinya. 
Kepribadian dan tuntutan Thomas untuk bisa mendapatkan bukti nyata tentang kebangkitan Yesus ini justeru bertentangan dengan apa yang dikisahkan dalam bacaan I. Banyak orang menjadi percaya akan Yesus karena kesaksian dari banyak orang dan terutama pewartaan para rasul, Thomas, yang nota bene adalah rasul, malah masih meragukan kebenaran kisah kebangkitan Kristus dan malah menuntut sebuah bukti nyata untuk meyakinkan dia. Ini hanya menunjukkan kepada kita, bagaimana situasi nyata kadang begitu gampang merobohkan tiang-tiang kokoh penyanggah iman kita dan lebih dari itu membawa kita kepada sikap skeptis dan menuntut bukti dari Tuhan. Namun, sikap yang ditunjukkan Yesus dalam kisah Injil hari ini mengatakan satu pesan yang menarik, dalam kaitannya dengan Iman kepada Tuhan, dibutuhkan penyerahan yang total, kesediaan untuk menerima yang tidak bisa dimengerti dengan akal kita serta kebersamaan yang kokoh yang tercermin dalam kedamaian hati. Dalam Tuhan, semua perbedaan dihapuskan, ketenangan menjadi tercipta dan dengan ini, pewartaan kita menjadi lebih bermakna. Dengan kata lain, Kita semua, lewat cara hidup dan kebersamaan yang kita bina, kita sudah menjadi panutan dan dengan sendirinya ini menjadi salah satu bentuk pewartaan yang autentik dan berarti.
Memang, kebersamaan itu indah, apabila dibangun di atas dasar saling percaya...Tuhan ada di antara kita. Untuk itu, jangan kita menjadi batu sandungan dalam karya pewartaan gereja, hanya karena minat, keinginan dan kecenderungan pribadi kita. Sebaliknya, setiap kita harus menjadi inspirasi, bantuan dan sandaran bagi mereka yang lain terutama dalam menghadapi tantangan hidup yang tidaklah gampang ini.  


No comments:

Post a Comment