Saturday, January 9, 2016

Refleksi Hari Minggu Pembaptisan Tuhan 2016: DIKUDUSKAN UNTUK BERBAKTI


Engkaulah putera pilihanKu…

Saudara dan saudariku yang tercinta dalam kasih Allah. Hari ini kita merayakan hari Pembaptisan Tuhan, dan dengan perayaan ini, kita mengakhiri masa natal. Sudah pasti, natal yang baru saja berlalu membawa cerita dan kesan yang indah. Namun, kita tak mungkin terus berkutat diam dengan cerita dan kesan natal itu. Natal sudah seharusnya membawa kita untuk keluar dan mewartakan dan membagikan keindahannya kepada sesama kita dalam kehidupan seharian kita.

Memaknai Pesta Pembaptisan Tuhan ini, bacaan-bacaan yang disuguhkan kepada kita hari ini mengundang kita untuk merefleksikan secara mendalam rencana dan karya Tuhan untuk dan lewat kita. Bacaan pertama (Yes. 42,1-4.6-7) menjelaskan secara mendetail peran, tugas dan ciri khas seorang hamba Allah yang diurapi. Dia ditugaskan untuk menjadi perpanjangan tangan Allah untuk memberikan dan membawakan pengharapan lewat pelayanan yang tak kenal pamrih dan lelah.

Pelayanan yang tak kenal pamrih ini pun ditunjukkan secara jelas kepada kita lewat kisah Injil hari ini (Lk. 3,15-16.21-22). Di sini kita disuguhkan dengan dua profil menarik tentang status dan peran seorang hamba Allah. Yang pertama, Yohanes Pembaptis. Ketenarannya di antara masyarakat membuat banyak orang mencari untuk mengikuti dan mendengarkannya, sekaligus memberikan diri mereka untuk dibaptis olehnya. Namun, kesetiaan pada tugasnya sebagai “suara” penyiap dan pembuka pintu kesadaran akan kehadiran Mesias (yang diurapi), membawanya untuk mengingatkan selalu umat dan pengikutnya untuk mencari dan mengikuti DIA yang mereka tunggu. Tokoh panutan kedua dan utama tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus sendiri. Tanpa ragu dan malu, dia membiarkan diriNya untuk dibaptis (baca, dilantik) oleh Yohanes sebagai titik awal penampilan publiknya dan juga pewartaannya di tengah orang banyak (pengikut Yohanes). Di sinilah moment di mana Yesus diurapi dan lalu dikonfirmasikan oleh suara yang turun dari langit, bahwa DIA adalah Putera terkasih Allah dan kepadaNya dan lewat Dia, Allah menyatakan semua rencanaNya.

Urapan ilahi yang diterima Yesus di Sungai Yordan ini merupakan awal dari kehidupan publik Yesus. Santo Petrus dalam ceramahnya di hadapan banyak orang, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan kedua (Kis.10,34-38) menjelaskan bahwa bahwa pengurapan Yesus membawanya untuk mewartakan kabar gembira kepada masyarakat di berbagai tempat yang dikunjungi. Pesan sentral nubuat nabi Yesaya dalam bacaan pertama sudah pasti menjadi ciri khas cara hidup dan inti pewartaan Yesus dalam kesehariannya. Dia berangkat dan berjalan dari tempat ke tempat, memberitakan kabar sukacita, damai dan keadilan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan orang, demikian Petrus menjelaskan kepada kita lewat bacaan kedua hari ini.

Karena itu, saudara dan saudariku, memaknai Pesta Pembaptisan Yesus pada hari ini, kita semua diundang untuk memperdalam refleksi mengenai pengudusan diri kita sebagai anak Allah lewat peristiwa pembaptisan kita dulu, dan sekaligus membawa perubahan mendasar dalam cara hidup kita setiap hari. Lewat sakramen pembaptisan, kita diangkat dan dikuduskan menjadi anak-anak Allah dan sekaligus diutus untuk menjadi pewarta kebahagiaan, keadilan, cinta kasih kepada orang lain sebagaimana dijelaskan oleh bacaan pertama dan kedua kepada kita. Di sini, contoh dan teladan hidup Yohanes Pembaptis menjadi inspirasi dasar kita.

Singkat kata, kita semua diangkat dan diutus sebagai hamba Allah, sebagai alat Tuhan kepada orang lain.

Titik-titik refleksi:

@ Lewat Pembaptisan kita diangkat sebagai anak Allah dan dikuduskan untuk pewartaan kabar gembira Allah kepada orang lain lewat cara hidup yang autentik.

@ Kita hanyalah alat Tuhan. Yohanes Pembaptis adalah model dan teladan kita.

 

No comments:

Post a Comment