Engkaulah putera
pilihanKu…
Saudara dan saudariku yang tercinta dalam kasih Allah. Hari ini kita
merayakan hari Pembaptisan Tuhan, dan dengan perayaan ini, kita mengakhiri masa
natal. Sudah pasti, natal yang baru saja berlalu membawa cerita dan kesan yang
indah. Namun, kita tak mungkin terus berkutat diam dengan cerita dan kesan
natal itu. Natal sudah seharusnya membawa kita untuk keluar dan mewartakan dan
membagikan keindahannya kepada sesama kita dalam kehidupan seharian kita.
Memaknai Pesta Pembaptisan Tuhan ini, bacaan-bacaan yang disuguhkan
kepada kita hari ini mengundang kita untuk merefleksikan secara mendalam
rencana dan karya Tuhan untuk dan lewat kita. Bacaan pertama (Yes. 42,1-4.6-7) menjelaskan secara mendetail peran, tugas
dan ciri khas seorang hamba Allah yang diurapi. Dia
ditugaskan untuk menjadi perpanjangan tangan Allah untuk memberikan dan
membawakan pengharapan lewat pelayanan yang tak kenal pamrih dan lelah.
Pelayanan yang tak kenal pamrih ini pun
ditunjukkan secara jelas kepada kita lewat kisah Injil hari ini (Lk.
3,15-16.21-22). Di sini kita disuguhkan dengan dua profil menarik tentang
status dan peran seorang hamba Allah. Yang pertama, Yohanes Pembaptis.
Ketenarannya di antara masyarakat membuat banyak orang mencari untuk mengikuti
dan mendengarkannya, sekaligus memberikan diri mereka untuk dibaptis olehnya. Namun,
kesetiaan pada tugasnya sebagai “suara” penyiap dan pembuka pintu kesadaran
akan kehadiran Mesias (yang diurapi), membawanya untuk mengingatkan selalu umat
dan pengikutnya untuk mencari dan mengikuti DIA yang mereka tunggu. Tokoh panutan
kedua dan utama tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus sendiri. Tanpa ragu dan
malu, dia membiarkan diriNya untuk dibaptis (baca, dilantik) oleh Yohanes
sebagai titik awal penampilan publiknya dan juga pewartaannya di tengah orang
banyak (pengikut Yohanes). Di sinilah moment di mana Yesus diurapi dan lalu
dikonfirmasikan oleh suara yang turun dari langit, bahwa DIA adalah Putera
terkasih Allah dan kepadaNya dan lewat Dia, Allah menyatakan semua rencanaNya.
Urapan ilahi yang diterima Yesus di Sungai
Yordan ini merupakan awal dari kehidupan publik Yesus. Santo Petrus dalam
ceramahnya di hadapan banyak orang, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan kedua
(Kis.10,34-38) menjelaskan bahwa bahwa pengurapan Yesus membawanya untuk
mewartakan kabar gembira kepada masyarakat di berbagai tempat yang dikunjungi. Pesan
sentral nubuat nabi Yesaya dalam bacaan pertama sudah pasti menjadi ciri khas
cara hidup dan inti pewartaan Yesus dalam kesehariannya. Dia berangkat dan
berjalan dari tempat ke tempat, memberitakan kabar sukacita, damai dan keadilan
kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan orang, demikian Petrus menjelaskan
kepada kita lewat bacaan kedua hari ini.
Karena itu, saudara dan saudariku, memaknai
Pesta Pembaptisan Yesus pada hari ini, kita semua diundang untuk memperdalam
refleksi mengenai pengudusan diri kita sebagai anak Allah lewat peristiwa
pembaptisan kita dulu, dan sekaligus membawa perubahan mendasar dalam cara
hidup kita setiap hari. Lewat sakramen pembaptisan, kita diangkat dan
dikuduskan menjadi anak-anak Allah dan sekaligus diutus untuk menjadi pewarta
kebahagiaan, keadilan, cinta kasih kepada orang lain sebagaimana dijelaskan
oleh bacaan pertama dan kedua kepada kita. Di sini, contoh dan teladan hidup Yohanes Pembaptis menjadi inspirasi
dasar kita.
Singkat kata, kita semua diangkat dan diutus sebagai hamba Allah,
sebagai alat Tuhan kepada orang lain.
Titik-titik refleksi:
@ Lewat Pembaptisan kita diangkat sebagai anak Allah dan dikuduskan
untuk pewartaan kabar gembira Allah kepada orang lain lewat cara hidup yang
autentik.
@ Kita hanyalah alat Tuhan. Yohanes Pembaptis
adalah model dan teladan kita.
No comments:
Post a Comment