![]() |
Picture is taken from the internet |
Menegaskan ide sentral Yesus
sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup yang dengan sendirinya menghadirkan karya
dan wajah Allah Bapa secara nyata di dunia ini, Santo Petrus dalam suratnya
yang pertama kepada kelompok jemaat binaannya dalam bacaan kedua hari ini
mengibaratkan Yesus sebagai batu penjuru. Menjadi batu penjuru berarti menjadi
titik tolak atau titik acuan dalam proses pengukuran dan pembangunan sebuah
bangunan. Bagi kelompok yang tidak percaya, Yesus dianggap seolah sebagai batu
yang tidak ada gunanya. Namun semua ini berubah total dengan kebangkitanNya.
Dari batu yang terbuang dan tak berarti, (Peristiwa sengsara dan kematian),
batu itu telah beralih fungsi (lewat kebangkitanNya) menjadi batu acuan, titik
tolak pengajaran, dan landasan utama proses pembangunan sebuah kenisah rohani
masyarakat yang beriman kepadaNya. Batu yang dibuang itu kini justeru menjadi
sandungan bagi mereka yang menolak dan tidak mau menerimanya karena fungsi
sentralnya yang tak terbantahkan.
Salah satu contoh proses
pembangunan rumah rohani seperti yang Santu Petrus tegaskan ini dapat dilihat
secara nyata dalam cara hidup dan model pewartaan gereja perdana dalam bacaan
pertama hari ini. Keluhan kelompok Yahudi berhasa Yunani yang merasa
dianaktirikan dalam pelayanan dan cara para rasul menyelesaikan persoalan ini
sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul patut menjadi acuan dalam karya
pelayanan dan pewartaan kita sebagai gereja saat ini. Sebagai orang yang
terpilih, yang mendapatkan urapan imamat yang rajani dan dan dijadikan sebagai
bangsa yang kudus, tugas pewartaan yang kita haruslah total dan menyeluruh.
Situasi kita saat ini memang sangat sulit. Akan tetapi kesulitan tidak harus
membatasi kita untuk terus berbuat baik. Setiap kita diminta untuk turut
membantu menyumbangkan tenaga, waktu dan material untuk terus menyukseskan
proses pembentukan dan pembangunan kenisah rohani Tuhan. Titik acuan karya dan
usaha kita adalah Yesus yang adalah Jalan, kebenaran dan hidup. Kita mengikuti
pengajaran Yesus, karena kita percaya akan kebenaran yang Ia sampaikan dan
jaminan untuk kita adalah kepenuhan hidup sebagaimana yang sudah Dia janjikan. Karena
keyakinan kita yang teguh kepada Yesus, sang batu penjuru inilah, kita
dipesankan untuk terus saja berusaha dan selalu menjadikan pola pikir dan
praktek hidup harian kita tetaplah menjadi ajang untuk bermisi. Iman dan
kepercayaan kita kepada Yesus menjadikan kita sebagai orang yang terpilih, yang
diurapi dan digabungkan dalam kelompok yang dikuduskan ini sudah seharusnya
selalu menjadi acuan untuk terus mewartakan kebaikan dan kebesaran Tuhan itu
dengan gembira, tanpa takut dan penuh keyakinan kapan dan di mana saja dalam
situasi apa pun. Dengan kata lain, karya dan cara hidup kita sebagai batu hidup
dalam proses edifikasi kenisah rohani kita, sebagaimana dijelaskan Santu Petrus
dalam bacaan kedua, harus bisa menumbuhkan iman yang teguh dalam diri kita dan
juga dalam diri mereka yang menjadi bagian dari hidup harian kita. Contoh dan
teladan hidup kita harus menjadi acuan bagi orang lain untuk tumbuh dan
berkembang dalam iman dan keyakinan bahwa Tuhan berkarya lewat kita dan juga berkarya
dalam diri mereka yang melihat dan percaya kepada Tuhan.
Dengan ini, bersama Pemazmur
hari ini, kita bisa terus bernyani dan bermadah memuliakan Tuhan karena
cintaNya yang tiada berakhir.
Selamat menikmati hari yang
penuh rahmat ini.
Jangan takut....