Saturday, May 9, 2020

Janganlah Takut....Don´t be Afraid.....

Picture is taken from the internet
Merayakan hari minggu kelima dalam Masa Paskah, hari ini kita disuguhi dengan bacaan-bacaan yang menenangkan dan sarat dengan pesan misi. Dalam bacaan injil kita mendengarkan pesan Yesus kepada murid-muridNya, untuk tetap teguh dalam imannya. Kepada kita dan terlebih kepada mereka yang masih ragu dan terus mencari kepastian, Yesus menegaskan identitas diriNya sebagai Jalan, kebenaran dan hidup. Sebagai Jalan, Yesus menyatakan diriNya sebagai pengantara, alat, mediasi yang membawa semua yang percaya kepadaNya kepada hidup yang tak lain adalah jaminan kekal bagi mereka yang percaya. Dialah yang membuka akses kepada kehidupan kekal itu sendiri. Ini adalah sebuah kebenaran yang hakiki, yang tak bisa dibantah. PengajaranNya lewat kata dan cara hidupNya menjelaskan secara mendetail tentang siapa Dia yang sebenarnya. Dan bahkan kepada Filipus yang masih sangsi akan kebenaran mendasar ini, yang masih menginginkan sebuah bukti untuk melihat dan mengenal Sang Bapa, Yesus langsung mengetengahkan satu kebenaran: Ia dan Bapa adalah satu. Apa yang dibuat Yesus, entah pengajaranNya, entah tindakanNya adalah cerminan kesatuan antara dia dan Allah (Bapa). Seluruh cara hidupnya merupakan ekspresi jati diriNya yang ilahi, bukti kesatuanNya dengan Allah. Kebenaran inilah yang harus diterima dan diakui sekaligus dijadikan dasar dan landasan hidup bagi semua yang percaya kepadaNya. Untuk itulah, Santu Yohanes Penginjil dalam awal pewartaannya dalam kutipan injil hari ini mengetengahkan pengajaran Yesus itu dengan pesan yang menenangkan, ´Jangan takut, jangan bimbang atau ragu...` dan kepada mereka yang percaya dan menerima Yesus diberikan jaminan kehidupan kekal.
Menegaskan ide sentral Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup yang dengan sendirinya menghadirkan karya dan wajah Allah Bapa secara nyata di dunia ini, Santo Petrus dalam suratnya yang pertama kepada kelompok jemaat binaannya dalam bacaan kedua hari ini mengibaratkan Yesus sebagai batu penjuru. Menjadi batu penjuru berarti menjadi titik tolak atau titik acuan dalam proses pengukuran dan pembangunan sebuah bangunan. Bagi kelompok yang tidak percaya, Yesus dianggap seolah sebagai batu yang tidak ada gunanya. Namun semua ini berubah total dengan kebangkitanNya. Dari batu yang terbuang dan tak berarti, (Peristiwa sengsara dan kematian), batu itu telah beralih fungsi (lewat kebangkitanNya) menjadi batu acuan, titik tolak pengajaran, dan landasan utama proses pembangunan sebuah kenisah rohani masyarakat yang beriman kepadaNya. Batu yang dibuang itu kini justeru menjadi sandungan bagi mereka yang menolak dan tidak mau menerimanya karena fungsi sentralnya yang tak terbantahkan.  
Salah satu contoh proses pembangunan rumah rohani seperti yang Santu Petrus tegaskan ini dapat dilihat secara nyata dalam cara hidup dan model pewartaan gereja perdana dalam bacaan pertama hari ini. Keluhan kelompok Yahudi berhasa Yunani yang merasa dianaktirikan dalam pelayanan dan cara para rasul menyelesaikan persoalan ini sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul patut menjadi acuan dalam karya pelayanan dan pewartaan kita sebagai gereja saat ini. Sebagai orang yang terpilih, yang mendapatkan urapan imamat yang rajani dan dan dijadikan sebagai bangsa yang kudus, tugas pewartaan yang kita haruslah total dan menyeluruh. Situasi kita saat ini memang sangat sulit. Akan tetapi kesulitan tidak harus membatasi kita untuk terus berbuat baik. Setiap kita diminta untuk turut membantu menyumbangkan tenaga, waktu dan material untuk terus menyukseskan proses pembentukan dan pembangunan kenisah rohani Tuhan. Titik acuan karya dan usaha kita adalah Yesus yang adalah Jalan, kebenaran dan hidup. Kita mengikuti pengajaran Yesus, karena kita percaya akan kebenaran yang Ia sampaikan dan jaminan untuk kita adalah kepenuhan hidup sebagaimana yang sudah Dia janjikan. Karena keyakinan kita yang teguh kepada Yesus, sang batu penjuru inilah, kita dipesankan untuk terus saja berusaha dan selalu menjadikan pola pikir dan praktek hidup harian kita tetaplah menjadi ajang untuk bermisi. Iman dan kepercayaan kita kepada Yesus menjadikan kita sebagai orang yang terpilih, yang diurapi dan digabungkan dalam kelompok yang dikuduskan ini sudah seharusnya selalu menjadi acuan untuk terus mewartakan kebaikan dan kebesaran Tuhan itu dengan gembira, tanpa takut dan penuh keyakinan kapan dan di mana saja dalam situasi apa pun. Dengan kata lain, karya dan cara hidup kita sebagai batu hidup dalam proses edifikasi kenisah rohani kita, sebagaimana dijelaskan Santu Petrus dalam bacaan kedua, harus bisa menumbuhkan iman yang teguh dalam diri kita dan juga dalam diri mereka yang menjadi bagian dari hidup harian kita. Contoh dan teladan hidup kita harus menjadi acuan bagi orang lain untuk tumbuh dan berkembang dalam iman dan keyakinan bahwa Tuhan berkarya lewat kita dan juga berkarya dalam diri mereka yang melihat dan percaya kepada Tuhan.
Dengan ini, bersama Pemazmur hari ini, kita bisa terus bernyani dan bermadah memuliakan Tuhan karena cintaNya yang tiada berakhir.
Selamat menikmati hari yang penuh rahmat ini.
Jangan takut....

Saturday, May 2, 2020

Minggu Keempat Paskah 2020: Kita Semua Dipanggil


Tuhanlah gembalaKu...
Lantunan pemazmur yang kita daraskan hari ini menyimpulkan secara mendalam makna pesan spiritual dari bacaan-bacaan hari minggu keempat dalam masa Paskah. Pesan ini lantas memberikan pada kita landasan yang utama untuk memahami secara lebih luas panggilan hidup kita di hari minggu Panggilan ini.
Tuhan tak pernah tidur atau tidak pernah lepas kendali dari kehidupan kita dalam situasi apapun dalam hidup kita. Inilah ungkapan keyakinan yang tersirat dalam nyanyian mazmur tanggapan ini. Dalam bacaan Injil, Penginjil Yohanes secara jelas mengetengahkan kepada kita gambaran profil seorang pemimpin yang sejati, yang penuh tanggung jawab dan dedikasi akan tugas dan perannya. Yesus, dalam pewartaanNya memperkenalkan diri sebagai seorang gembala yang sejati yang memiliki kedekatan yang intim dengan gembalaanNya, yang  menjamin ketenangan, kedamaian dan juga kenyamanan bagi para gembalaanNya yang mengikutiNya.
Kita menginginkan ketenangan. Kita mendambakan kedamaian. Kita mengusahakan kenyamanan. Semua yang kita lakukan setiap hari tentu didasarkan oleh keinginan untuk menciptakan semua harapan ini. Dan kepada kita semua, Penginjil Yohanes memberikan satu petunjuk: mendengarkan, mengikuti dan berada selalu dengan Yesus. Mendengar dan mengikuti Yesus adalah kata kunci untuk bisa mendapatkan ketenangan dan kenyamanan dalam hidup, terlebih untuk saat yang sulit dan berat seperti sekarang ini.
Namun bagaimana kita bisa mendengarkan dan mengikuti Yesus, Sang Gembala, dalam konteks kita saat ini?
Santu Petrus dalam bacaan Pertama, dalam kotbahnya di hadapan banyak orang, selain memperkenalkan imannya yang teguh akan Yesus yang dihukum mati oleh penguasa setempat namun bangkit mulia, menjelaskan secara mendetail apa artinya semua ini: Bertobat dan memberikan diri untuk dibaptis. Bertobat berarti merubah dan membaharui diri mengikuti prinsip hidup kristiani yang diajarkan Yesus, Sang Gembala. Langkah dan arah hidup yang Yesus tunjukkan harus menjadi pedoman hidup harian kita. Gaya dan prinsip hidup kita pun harus selalu meneladani contoh hidup yang Yesus tunjukkan. Pembaptisan yang sudah kita terima sejak kecil sudah harus menjadi landasan untuk bagaimana kita hidup selanjutnya sebagai seorang kristen, sebagai seorang pengikut Kristus. Pembaptisan kita bukanlah sekedar sebuah ritual inisiasi namun lebih daripada itu sebuah komitmen hidup yang perlu kita pegang seumur hidup.
Menjabarkan lebih lanjut tentang komitmen hidup seorang kristen ini, Santu Petrus dalam suratnya yang pertama kepada komunitasnya dalam bacaan kedua menjelaskan sekaligus mengakui besarnya tantangan dalam mengikuti Kristus. Mengikuti Kristus memang tidaklah gampang, apalagi dalam konteks hidup bersama. Kadang kita melakukan kesalahan sendiri dan memang pantas mendapatkan kritik atau teguran. Kadang kebaikan dan usaha baik kita justeru menerima tanggapan yang tak sedap malah ditolak dan disingkirkan oleh orang lain. Dalam situasi seperti inilah, Santu Petrus menegaskan untuk tidak berhenti berbuat baik. Kesulitan dan persoalan yang dihadapi dalam konteks hidup bersama tidak sampai membuat kita patah semangat dan atau berhenti untuk berbuat baik. Identitas kristen yang kita terima sejak saat pembaptisan kita sudah memberikan kepada kita landasan untuk terus berbuat baik kepada siapa saja dan kapan saja, terlepas dari perlakuan dan tanggapan negatif yang kita alami. Contoh dan keteladanan Yesus harus menjadi inspirasi bagi kita untuk terus berbuat baik. Kita harus tetap dan terus saja bermisi.
Memang karya misi haruslah terus berjalan. Dalam konteks inilah kita semua diajak secara khusus hari ini untuk mendoakan secara khusus karya misi pewartaan dan misi gereja. Hari ini dikenal sebagai minggu panggilan sedunia. Tentunya kita mendoakan dan terus terlibat dalam kampanye untuk menumbuhkan panggilan hidup khusus sebagai imam dan anggota religius untuk kebutuhan karya pewartaan kasih Tuhan. Akan tetapi, usaha dan aksi panggilan ini tentu saja tidak boleh menyepelekan satu fakta dasar bahwa semua kita dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk berbuat baik. Kita semua sama-sama mengikuti Yesus, sang Gembala kita. Kita semua mendengarkan suaraNya dan lebih dari itu Dia mengenal siapa kita dan Dialah yang memanggil kita. Maka tugas kitayang paling utama sekarang adalah mengupayakan agar setiap kita yang mengenal dan mengikuti suara Yesus sanggup hidup dan mengikuti teladan Yesus dalam kehidupan praktis. Peran dan aksi harian kita harus selalu diinspirasi oleh satu kesadaran mendasar bahwa ´saya dipanggil dan dikuduskan serta diutus oleh Tuhan untuk bermisi´ dalam konteks dasar kehidupan harian kita. Saatnya kita menjadikan contoh dan teladan hidup kristiani kita sebagai lumbung yang kaya untuk panggilan hidup khusus sebagai imam, biarawan dan biarawati. Upaya-upaya kita untuk mengajak dan memotivasi orang untuk memasuki dan menjalani panggilan hidup khusus tersebut tidak boleh dipisahkan dari usaha untuk menjadikan keluarga kita sebagai ´seminari´, tempat pertama dan utama pendidikan karakter pribadi kristen yang sejati yang akan dipoles lebih lanjut dalam proses pembentukan religius untuk menjadi imam, biarawan atau biarawati.
Semua kita mengikuti Yesus, sang Gembala yang sama lewat panggilan hidup yang beragam.
Semua kita mendengarkan suara dan panggilan Yesus dari arah yang berbeda. Namun tujuan dan arah hidup kita tetaplah sama. Semua kita dipanggil, dikuduskan dan diutus untuk mewartakan kemuliaan Tuhan lewat contoh hidup kita. Banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk tiba ke Roma... Karena itu, setiap kita perlu berusaha untuk menjamin agar domba-domba yang lain tidak terpisah dari kawanan yang lain dan tetap dengan setia dan gembira mengikuti sang Gembala utama...
Do good and be good...
Tuhan memberkati kita selalu...


Obs.: Pic is taken from the internet...