Thursday, January 31, 2013

MInggu Biasa IV: Ditantang untuk Menghidupi Kasih dalam Kebersamaan


Dalam dua minggu terakhir, bacaan-bacaan suci mengetengahkan tentang indahnya kehidupan bersama. Pekan ini, bacaan yang disuguhkan untuk refleksi kita mengetengahkan tantangan yang harus dihadapi oleh para abdi Tuhan dalam kehidupan bersama. Penginjil Lukas dalam bacaan Injil mengisahkan kepada kita, penolakan terhadap Yesus dan alasan mengapa Ia ditolak. Kekaguman dan ketertarikan akan pesona Yesus berubah menjadi penolakan hanya karena mereka mengenal asal muasalNya (keluargaNya) dan karena ketegasanNya untuk mengatakan kebenaran, mengeritik secara langsung kepicikan mereka. Dia ditolak lantaran dia bukan berasal dari kalangan elit, bukan dari kalangan berada. Kepicikan mereka dalam berpikir semakin ditelanjangi oleh Yesus ketika Ia mengungkapkan fakta sejarah di masa lalu, sekalian sebagai peringatan buat mereka, ‘keselamatan itu akan terjadi hanya kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, mereka yang berserah total kepada Allah.’
Penolakan terhadap Yesus sudah pasti merupakan sebuah peringatan kepada kita pengikutNya. Usaha untuk menghidupi panggilan kita secara total dan serius sudah pasti akan dan sering menemui rintangan. Pengalaman harian kita sudah pasti berbicara banyak. Sering kali orang (bahkan kita sendiri) lebih melihat siapa yang berbicara dan bukannya apa yang dibicarakan. Lantaran yang berbicara bukanlah siapa-siapa, apa yang dikatakan itu dengan sendirinya diabaikan dan dilupakan. Dihadapkan dengan situasi ini, Yesus memberi contoh nyata untuk tidak diam dan menyerah. Inilah tugas kita. Ini panggilan kita. Beresiko, sudah pasti. Bila kita berhenti, maka kesalahan akan tetap dianggap benar dan kebenaran disingkirkan dan akibatnya, semua kita sudah tahu, penderitaan yang berkepanjangan, serta konflik yang tiada ujung.
Menghadapi ini, kita diingatkan oleh Nabi Yeremias dalam bacaan pertama mengenai jati diri dan kekhususan kita di mata Tuhan yang perlu menjadi dasar pijak  dan kekuatan untuk kita. Kita dipanggil dan dipilih olehNya secara khusus untuk menjalankan tugas yang mulia: mewartakan kebenaran lewat cara hidup yang benar sekaligus memperkenalkan jalan dan keadilanNya kepada sesama. Karena itu, kita diingatkan bahwa kita tak mungkin bekerja sendirian. Ia selalu besama kita. Yang perlu kita lakukan adalah menjalankan apa yang menjadi tugas utama kita, menjadi penyebar kasih. Untuk ini, surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus menjadi pegangan kita. Dalam segala yang kita buat, katakan dan hidupi, kasih harus menjadi faktor penentunya. Dengan dan dalam kasih, semuanya menjadi sempurna dan kehidupan bersama menjadi semakin mapan dan tenang. Inilah jalan kepada kesempurnaan dan dengan tanda inilah kita semua dikenal sebagai pengikut Kristus.
Titik-titik refleksi:
1.    Tantangan, ini bagian dari hidup. Perlu dihadapi dengan tenang dan penuh keyakinan, Tuhan ada bersama kita.
2.    Merasa ditolak karena mempertahankan dan menunjukkan yang benar, tidak harus membuat kita diam dan berhenti bermisi. DIA sendiri pernah ditolak. (Murid tak lebih besar dari sang guru)
3.    Kasih, jadikanlah ini sebagai jiwa dan inspirasi hidup. Kita dikenal sebagai muridNya, lewat kasih sejati yang kita hidupi dan bagikan pada sesama. 

Saturday, January 26, 2013

Minggu Biasa Ke-3: Bermisi dalam Kebersamaan



Hari ini kita memasuki pekan ketiga dalam Masa Biasa. Bacaan-bacaan suci pada Hari Minggu Biasa ketiga ini meminta kita untuk menjadi seorang missionaris di tengah kebersamaan. Dengan kata lain, kehidupan bersama kita sudah pasti merupakan moment dan ajang untuk bermisi. 
Bacaan I dari Kitab Nabi Nehemia, mengisahkan kegembiraan dan kebahagiaan masyarakat di saat mendengarkan titah Tuhan setelah dibacakan oleh sang nabi. Sabda Tuhan menjadi sumber dan alasan kegembiraan mereka.
Dalam bacaan Injil, lewat afirmasi Yesus sendiri, kita disodorkan dengan satu kenyataan yang sudah pasti membuat kita bahagia. Sabda itu telah ada di tengah-tengah kita. Bila dalam masa para Nabi, Sabda dan Titah Tuhan disampaikan lewat para utusanNya, Yesus menegaskan hari ini kepada kita, bahwa janji dan titah Tuhan itu telah dipenuhi  dan Ia ada dan berkarya di tengah kita. 
Benar. Ia hadir di antara kita dan Ia telah menjadi satu dengan kita. Yang Dia perlukan dari kita hanyalah satu, kemauan untuk menjadi satu denganNya dan kesediaan untuk mengikutiNya. Ajakan dalam bacaan pertama dan juga yang tersirat dalam bacaan kedua, menuntun kita untuk merayakan kehadiranNya di antara kita dan menjadikan hari-hari hidup kita sebagai sesuatu yang sakral.
Menjawabi ajakan Tuhan ini, bacaan kedua, dalam surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus, mengingatkan kita bahwa peran kita dalam kehidupan bersama sangatlah penting. Sebagai salah satu elemen penting dalam kehidupan bersama, semua yang kita buat, alami dan rasa turut pula dirasakan oleh anggota yang lain. Karena itu, sebagai satu tubuh, kita diingatkan untuk senantiasa berusaha agar keutuhan itu terjaga dan kesehatan bersama terjamin. Dengan ini, peran aktif masing-masing anggota menjadi sangatlah penting. Solidaritas yang kita tunjukkan dan juga kesediaan untuk mengenyampingkan semua bentuk egoisme merupakan cara-cara praktis agar keutuhan dan kebersamaan tetap terjamin.
Semoga pekan yang dimulai hari ini, membawa kita untuk semakin menyadari kehadiran Tuhan di antara kita. Dia adalah kepala, penunjuk jalan bagi kita. Kita semua, sebagai satu saudara mengikutiNya sambil merayakan bersama rahmat kehadiranNya di antara kita dan bersama kita menikmati hidup ini hingga apa adanya.

Titik-titik refleksi:
1.       Tuhan selalu hadir di antara kita. Let’s celebrate….
2.       Kita semua adalah satu, jaga kebersamaan ini…..
3.       Ingin hidup bahagia? Make others happy first..... 

Saturday, January 19, 2013

Pekan Biasa II: Menjadi Seperti Maria


Dengan Pesta Pembabtian Yesus yang kita rayakan minggu lalu, dengan sendirinya kita mengakhiri Masa Natal dan sekaligus mengawali Masa Biasa dalam kalender liturgi gereja kita. Hari ini kita memasuki Pekan kedua dalam masa biasa. Memaknai pekan ini, bacaan-bacaan suci hari ini mengarahkan kita untuk berefleksi tentang janji Tuhan kepada umatNya dan bagaimana cara Tuhan memenuhi janji itu.
Bacaan I, lewat suara Nabi Yesaya, Allah membesarkan hati umatNya dengan mengatakan janjiNya untuk tidak akan pernah meninggalkan mereka. Dengan bahasa yang sangat simbolis, Allah mengingatkan umatNya, betapa mereka itu sangat khusus di hadapanNya, dan segala yang dibuatNya nanti hanya untuk mereka, umat kesayanganNya.
Bacaan II dari Surat II Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus, kita semua diingatkan, bahwa sebagai umat Allah, semua kita hidup dalam kebersamaan yang erat. Kebersamaan itu kita jalin dan kita jaga lewat kesediaan setiap anggota untuk menggunakan semua potensi dan kreasi kita (yang merupakan rahmat dari Tuhan untuk kita) demi menjamin kebaikan bersama. Keragaman karya dan kreasi yang kita miliki, harus dimanfaatkan sebagai sebuah realita yang memperkaya dan mempererat dan bukannya memisahkan.....
Bacaan Injil hari ini, dalam Kisah Mujizad Pertama di Kanaan, kita diajak dan dilatih oleh Maria untuk menjadi alat Allah dalam beberapa pengertian.  Pertama, kita harus menjadi alat untuk menyelesaikan persoalan dan kesulitan orang lain. Untuk ini dibutuhkan kepekaan terhadap situasi mereka. Kepekaan yang membawa kita pada usaha untuk membantu. Kedua, Kita diajak untuk mendekatkan diri kepada DIA, sumber segala kebaikan, untuk menyelesaikan segala perkara dan kesulitan hidup kita. Serahkan kepada Dia  dan yang pasti, di saat yang tepat, Dia akan beraksi. Untuk ini, dibutuhkan iman yang teguh akan Tuhan, dan kesabaran untuk menanti saat yang tepat menurut perhitunganNYa. Ketiga, Maria mendidik kita untuk bisa menjadi alat yang mempersiapkan orang lain, untuk menjalani dan melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki dari mereka. Kita diajar untuk membagikan pengalaman iman kita dan memberikan kesaksian tentang segala karya Tuhan serta mempersiapkan orang lain untuk melaksanakan dan menghidupi apa yang Tuhan minta dari mereka.
Menapaki hidup harian kita, dalam pekan ini, marilah kita bekerja untuk kebaikan bersama, menggunakan semua yang sudah kita terima dari Tuhan, karena untuk inilah kita semua dipanggil. Allah sudah memenuhi semua yang dijanjikan sebagaimana dikatakan dalam bacaan Pertama, dan kini kita diingatkan untuk meneruskan dan melaksanakan apa yang menjadi tugas kita. Untuk ini, figure Maria menjadi contoh untuk kita.
Point-point refleksi untuk pekan ini:
1.  Jadilah alat untuk membantu menyelesaikan persoalan hidup bersama dan bukan sebaliknya. 
2. Jadilah contoh orang beriman, yang berserah kepada Tuhan dalam segala situasi dan dengan sabar menanti jawaban pastiNya. 
3. Jadilah seorang yang bersedia berbagi pengalaman iman dengan sesama dan pada saat yang sama, bersedia untuk mempersiapkan mereka agar melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki dari mereka.