Saudara dan saudariku yang terkasih
dalam Tuhan. Hari ini kita memasuki hari minggu ketiga masa Prapaska. Sepanjang
masa Prapaska ini, semua kita diajak untuk mempersiapkan diri secara matang dan
pasti untuk merayakan misteri iman terbesar yang dinyatakan Tuhan kepada kita,
yakni sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus, Penyelamat kita. Intisari dari semua bacaan
yang kita dengar hari ini, menjelaskan kepada kita alasan mengapa kita perlu
mempersiapkan diri secara baik dan matang.
“Tuhan itu baik dan penuh kasih, “
demikian Mazmur tanggapan yang kita nyanyikan menjelaskan makna dan tujuan
persiapan kita. Tuhan selalu mengambil inisiatif untuk menunjukkan kasih setia
dan kebaikanNya kepada kita. Dalam bacaan pertama (Kel. 3, 1 – 8ยช, 13 – 15)
kasih dan kebaikan Allah dinyatakan lewat panggilan dan perutusan Musa sebagai
perpanjangan tangan Allah, karena Ia mendengar keluh kesah mereka dan
memperhatikan penderitaan mereka. Musa adalah jawaban pasti Allah terhadap
situasi yang dihadapi saat itu.
Kebaikan dan kebesaran Tuhan itu pun dijelaskan
secara lebih mendalam oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini (Luk. 13, 1 – 9).
Dalam bacaan ini, Penginjil mengetengahkan jawaban Yesus kepada mengenai
keadilan ilahi dalam hubungannya dengan dosa. Bila dalam pandangan manusiawi
yang cenderung melihat penderitaan sebagai akibat langsung dari dosa manusia
dalam hubungannya dengan keadilan ilahi, maka Yesus dengan tegas menolak dan
merubak konsep kita tersebut. Allah, bukanlah hakim yang dengan begitu gampang
menjatuhkan palu vonis yang memberatkan karena dosa yang diperbuat oleh
manusia. Allah itu baik dan penuh kasih, penuh kesabaran dan selalu dan terus
memberikan kesempatan kepada kita umatNya untuk beralih, dari cara hidup yang
salah dan berdosa, kepada jalan hidup yang benar dan membawa berkah. Lewat perumpamaan
tentang pohon ara yang tidak jadi ditebang dan masih diberikan kesempatan
setahun lagi untuk bisa menghasilkan buah, Yesus menjelaskan kepada kita semua,
bahwa Allah yang penuh kebaikan dan kasih itu selalu dan akan tetap memberikan
kesempatan kepada kita untuk bertobat, untuk berubah. Allah itu sabar. Dia
selalu memberikan kesempatan untuk kita memperbaiki diri. Bila kita tidak
memanfaatkan kesempatan yang diberikan untuk bertobat dan memperbaiki diri,
dengan sendirinya menunjukkan bahwa kita dengan bebas dan mau memilih untuk
menyiksa dan menjatuhkan diri ke dalam penderitaan dan kesulitan. “Tetapi
jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian,”
demikian Lukas mengutip peringatan Yesus kepada kita. Ini sekaligus
menggarisbawahi bahwa kebaikan dan kebesaran hati Allah dalam berelasi dengan
kita. Kita selalu diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan juga
diberikan kebebasan untuk menentukan arah dan cara hidup kita.
Perihal kebebasan dan berkat yang
diberikan Tuhan kepada kita ini dijelaskan oleh Paulus dalam surat pertamanya
kepada umat di Korintus (I Kor. 10, 1 – 6. 10 – 12). Paulus dalam suratnya ini
menegaskan kebaikan Tuhan yang sama sekali tidak menginginkan kematian
(kesengsaraan) umatNya. Namun kebebasan yang tidak bertanggung jawab lewat
perilaku yang kurang terarah dan di luar tatanan hukum dan aturan hidup yang
diberikan, dengan sendirinya mengarahkan mereka kepada kebinasaan (kematian).
Dengan kata lain, Paulus memperingatkan kita untuk senantiasa hidup dalam
koridor hukum, mentaati dan menunjukkan buah karya kita sebagai anak Allah,
lewat buah-buah hidup yang berkenan dan menyenangkan hati Allah. Karena pada
hakekatnya, dari kita semua Allah selalu menantikan sebuah cara hidup yang
autentik, karena semua kita sudah mengerti apa yang harus kita perbuat.
Titik-titik refleksi:
@Allah itu baik dan penuh kasih: Ia
mendengarkan semua yang kita sampaikan dan mengundang kita untuk menjadi perpanjangan tanganNya kepada orang lain.
@Allah bukanlah hakim yang menghukum, tetapi Dia selalu memberikan kesempatan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Bukan hanya itu, Ia menunjukkan dan menjelaskan apa yang perlu dibuat.