Saturday, February 20, 2016

Refleksi Minggu Kedua Prapaska 2016: Dipanggil Untuk Berbagi Seperti Paulus

Tuhan adalah Terang dan Keselamatanku….. Demikian Pemazmur dalam perayaan hari ini bernyanyi dan bermadah dan sekaligus mengundang kita untuk turut bermadah karena karya dan kebaikan Tuhan yang kita alami sepanjang hidup kita. Minggu kedua masa Prapaska ini, kita diundang untuk mengikuti undangan Tuhan dan sekaligus dengan kebebasan penuh kita diajak untuk membuat aliansi, mengikat sebuah tali perjanjian yang teguh dengan Tuhan dan sekaligus meyatakan kesediaan kita untuk selalu mengikuti ke mana kita diarahkan dan diutus. Membaca dan merenungkan semua bacaan pada hari minggu kedua masa puasa tahun ini, ada beberapa pesan yang perlu kita renungkan dan sekaligus kita bawa sebagai pedoman hidup harian kita ke depan.
Bacaan pertama (Kej. 15,5-12.17-18) mengetengahkan kepada kita kisah panggilan Abraham dan juga mengenai janji yang mengikat antara Allah dan Abraham sebagai jaminan aliansi yang erat dan teguh antara Allah dan Abraham. Allah selalu mengambil inisiatif untuk mengundang dan mengajak kita untuk turut berpartisipasi dalam rencanaNya. Undangan Allah kepada kita pun terbersit dalam ajakan Yesus kepada Petrus, Yohanes dan Yakobus untuk menemaniNya mendaki gunung Tabor, di mana Ia memperlihatkan keagunganNya, dan juga ajakanNya untuk segera turun gunung, setelah Petrus menyatakan niatNya untuk menetap di puncak gunung tersebut (Luk. 9,28-36).
Kedua bacaan ini mengingatkan kita bahwa menempatkan diri sebagai pengikut Kristus, berarti kita harus selalu bersedia mengikuti arah dan jalan yang Tuhan tentukan kepada kita, di mana, akhir tujuan utama kita setelah semua ziarah hidup ini adalah keselamatan, sebagaimana dinyanykan pemazmur. Menempatkan Tuhan sebagai penunjuk jalan kita berarti, kita dengan bebas menyanggupkan diri untuk mengikatkan diri dalam rencana dan kehendak Allah, menekuni jalan dan cara hidup sebagai anak Allah yang autentik, mendengarkan dan mentaati semua yang Ia katakan dan tunjukkan kepada kita. Kebesaran Yesus yang ditunjukkan kepada para muridNya, sekaligus menunjukkan makna kedalaman relasi kita (baca, doa) yang terjalin dengan Tuhan. Kita meyakini bahwa dalam Yesus, kepenuhan hukum (dilambangkan lewat Musa) dan janji (kehadiran Elias) terpenuhi. Bila kita mengatakan Tuhan adalah terang jalan kita, berarti kita bersedia mentaati perintah dan rencana Tuhan dan juga tetap percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah lari atau lalai untuk memenuhi semua rencana kudusNya kepada dan lewat kita. Dan lebih daripada itu, ketaatan kepada Tuhan, mengajak kita untuk tidak bersedia turun gunung, kembali ke dalam realitas hidup kita dan dengan berani dan ceria terus bersaksi tentang kebaikan Tuhan yang sudah kita temui dan alami dalam keintiman dan kedalaman doa kita.

Dalam usaha menghidupi aliansi teguh kita dengan Tuhan inilah, Santu Paulus menempatkan diri sebagai panutan dan contoh hidup yang autentik sebagaimana tertera dalam suratnya kepada umat di Filipi (3,17-4,1). Dengan tegas Paulus mengajak kita untuk menempatkan Kristus sebagai pusat acuan hidup kita dan dengan tegas menolak serta menjauhkan diri dari semua yang sudah pasti menjauhkan kita dari Tuhan. Surat yang penuh muatan emosional ini sekaligus mengungkapkan kesedihan Paulus melihat tingkah laku mereka yang melupakan Tuhan danlatau mengantikan Tuhan dengan kemewahan dan kenikmatan dunia.
Akhirnya, saudara dan saudariku, sekali lagi bernyanyi bersama Pemazmur hari ini, kita ingin terus dan tetap menjadikan Tuhan sebagai pelita jalan kita dan tujuan hidup atau keselamatan kita. Untuk itu, kita selalu diminta untuk dengan penuh kebebasan mengikuti ajakan dan panggilan Tuhan untuk “beralih” (bermisi) dan juga untuk mendekatkan diri secara total kepada Tuhan. Kesediaan untuk beralih dalam misi (mencontohi Abraham) dan juga untuk mendaki gunung untuk berdoa (seperti ketiga rasul) mengharuskan kita untuk bersedia mengikat aliansi kesepakatan dan ketaatan total pada apa yang dikatakan Tuhan kepada kita. Dan dalam semua ini, kita perlu bercermin kepada Paulus, yang dengan rendah hati menempatkan diri sebagai panutan. Pada saat yang sama, kita diajak untuk berhati hati terhadap semua kemungkinan dan kekuatan yang bisa saja menjauhkan kita dari Tuhan danlatau membuat kita melupakan janji kita kepadaNya.
Titik-titik refleksi
@Tuhanlah pelita hidup kita dan jaminan keselamatan kita.
@Tuhan mengajak kita untuk berpartisipasi dalam misi dan doa
@Pengalaman kedekatan kita dengan Tuhan harus membawa kita kembali kepada tujuan keberadaan dan kegiatan kita dalam bermisi

@Paulus, potret seorang murid, missionaris yang sejati

No comments:

Post a Comment