Thursday, February 21, 2013

Minggu II Prapaskah: Mengalami Kebaikan dan Kebesaran Tuhan (Transfigurasi)


Semua kita tahu dan sadar makna sebenarnya dari masa Pra-paskah dalam kaitannya dengan kualitas iman dan kepribadian kita. Masa Pra-paskah merupakan sebuah kesempatan emas untuk memperbaiki relasi kita dengan Tuhan, sesama dan juga diri kita sendiri yang rusak karena kesalahan kita sendiri, yang namakan dosa. Upaya untuk kembali dan memperbaiki relasi itu kita kenal dengan istilah, tobat. Tobat, hanya akan menjadi lebih berarti dalam hidup kita bila dimaknai lewat suatu cara hidup yang dibangun atas dasar iman yang kokoh akan Tuhan dan juga keinginan yang tulus untuk hidup berdampingan secara baik dengan sesama. 
Bacaan-bacaan yang diketengahkan bagi kita hari ini mengajak kita untuk membangun suatu landasan hidup yang kokoh sebagai umat Tuhan atas dasar keyakinan akan kebaikan dan kebesaran Tuhan bagi kita dan sekaligus mengajak kita untuk menghidupi iman itu dalam relasi hidup yang berkualitas.
Bacaan pertama menceritakan pengalaman Abraham akan kebaikan Allah kepadanya. Allah mengetengahkan segala yang telah dibuatNya bagi Abraham, membuktikan kebesaraNya dan lalu membuat perjanjian dengan Abraham untuk tetap mendampingi dan melindungi dia dan semua keturunannya.
Pengalaman iman akan kebaikan dan kebesaran Tuhan ini ditunjukkan juga dalam bacaan Injil hari ini lewat apa yang kita  dengan transfigurasi. Tiga murid diajak oleh Yesus untuk mendaki gunung dan di atas gunung itu, terjadilah transfigurasi. Peristiwa ini dengan sendirinya menegaskan identitas Yesus yang sebenarnya sebagai pemenuhan segala janji yang disampaikan oleh para Nabi dan juga penjelmaan hukum-hukum Allah lewat Nabi Musa. Peristiwa iman ini lalu menjadi dasar yang meneguhkan iman dan kepercayaan para murid akan Yesus dan sekaligus menegaskan tugas yang harus mereka emban mulai saat itu dan seterusnya: mendengarkan dan mengikuti Yesus. 
Pengalaman kita bersama Tuhan setiap hari, sudah pasti harus menjadi dasar pewartaan kita terutama lewat corak dan gaya hidup kita. Santo Paulus dalam bacaan II hari ini mengajak umat di Filipi untuk meniru dan mengikuti teladan mereka, mewartakan Sabda Tuhan lewat cara hidup yang benar. Paulus mengeritik mereka yang justeru menjadi musuh salib yang terungkap dalam kecenderungan hidup mereka yang egoistis dan memfokuskan diri hanya pada hal-hal negatif yang bersifat merusak. Untuk itu, Paulus mengajak kita untuk dengan berani dan tegas menghindari cara-cara hidup seperti ini, dan dengan setia memfokuskan diri pada Salib, sebagai simbol perlawanan kita akan segala yang bisa menjauhkan kita dari cinta Tuhan, sesama dan diri sendiri lewat praktek hidup yang benar sebagai anak-anak pilihan Tuhan.

Masa Prapaskah ini dengan sendirinya menjadi kesempatan untuk memperbaiki kualitas relasi kita dengan Tuhan, sesama dan diri sendiri. Kesadaran akan minimnya atau rusaknya relasi itu harus membawa kita untuk mengubah diri, mengikuti ajakan `untuk mendengarkan Tuhan`serta menghidupinya secara nyata setiap hari. Pertobatan yang nyata adalah pertobatan yang memiliki efek bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi sesama yang tercermin dalam perilaku kita setiap hari. Kedamaian yang kita rasakan dalam hati, kebersamaan yang tercipta (dengan sesama) dengan sendirinya mendekatkan kita pada Tuhan. Dan pengalaman bersama dengan Tuhan akan membawa kita untuk semakin memperdalam iman kita akan Tuhan dan juga memperbaiki kualitas hidup dan relasi kita dengan sesama dan diri sendiri. 


Titik-titik refleksi:

1.   Setiap saat kita selalu diundang dan diberi kesempatan untuk menikmati kebaikan dan kebesaran Tuhan.
2.   Tugas kita adalah membagi pengalaman hidup kita bersama Tuhan lewat kesaksian hidup yang autentik.


Friday, February 15, 2013

Minggu I Pra-paskah 2013: Digoda dan Ditantang dalam Hidup...? Siapa Takut.....


Pengalaman hidup harian kita membuktikan bahwa hidup ini tidak gampang. semua kita sadari itu. Bahwa hidup ini penuh dengan tantangan, ini sudah menjadi bagian dari hidup. Namun bukan hanya itu. Selain tantangan dan kesulitan, kita juga menyadari sepenuhnya bahwa  hidup ini selalu menyediakan kepada kita kemungkinan dan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang. Dalam dinamika hidup yang penuh dengan tantangan dan kesempatan inilah, kita dituntun untuk bersikap dan dituntut untuk berani mengambil keputusan.  Siapa kita yang sebenarnya dan apa yang kita mau dalam hidup ini lewat keputusan yang selalu kita ambil dengan sendirinya mencerminkan apa yang kita namakan karakter. 
Untuk itulah, bacaan-bacaan yang disodorkan kepada kita pada minggu pertama masa puasa ini mengajak kita untuk melihat dengan cermat karakter  diri kita dalam  kaitannya dengan pilihan dan keputusan yang selalu kita buat. Di sini kita perlu berhati-hati. Karena, ketika kita dihadapkan dengan situasi nyata dan diberikan pilihan-pilihan yang masing-masingnya memiliki konsekuensi tersendiri, karakter diri kita menjadi taruhannya. Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk bercermin pada Yesus yang memilih apa yang terbaik meski itu harus bertentangan dengan arus dan kebiasaan umum. Yesus memilih untuk menolak tawaran yang bertentangan dengan prinsip dan misi yang sedang diembanNya.
Dalam usaha mengikuti apa yang ditunjukkan oleh Yesus, kita diminta untuk pertama-tama membangun hidup kita atas landasan iman yang kokoh. Pengakuan Iman yang teguh kepada Yesus, sebagaimana yang diketengahkan oleh Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma dalam bacaan II hari ini, harus dihidupi secara konkret. Tantangan dan tawaran hidup yang kita hadapi setiap saat sering menuntut kita untuk segera mengambil keputusan. Ketepatan dalam memilihan itu hanya mungkin bisa dibuat, bila kita memiliki dasar yang kuat sebagai titik pijak yang jelas.
Mengenai dasar pijak ini, bacaan pertama dari Kitab Ulangan, mengisahkan tentang kebesaran kasih Allah kepada umat pilihanNya dalam segala situasi hidup mereka. Atas dasar kebaikan dan cinta Allah ini, umat diberi orientasi bagaimana mematangkan relasi mereka dalam hidup harian mereka dan terutama dalam ritual keagamaan. Yang ditekankan di sini adalah bukti kebaikan dan kebesaran Allah yang menjadi landasan untuk kehidupan mereka selanjutnya. 
Dengan kata lain, lewat relasi yang baik dengan Tuhan, kita sanggup membangun dasar iman yang kokoh dan dengan sadar dan leluasa memilih yang terbaik, bukan hanya untuk diri kita, namun juga untuk sesama dan demi kemuliaan Tuhan ketika dihadapkan dengan sekian banyak kemungkinan dan tawaran. Dengan panduan ini, kita lalu melihat semua kenyataan hidup kita, tantangan dan kesulitan hidup setiap hari sebagai kesempatan emas untuk menunjukkan siapa kita sebenarnya (karakter diri kita). Semoga amal dan doa kita di masa puasa ini menjadi lebih bermakna lagi lewat usaha mempertahankan karakter diri kita sebagai anak-anak Allah

Titik-titik refleksi:
1.   Dasar pijak kehidupan kita: pengalaman dengan Allah
2.   Pilihan dan keputusan yang kita buat mencerminkan karakter diri kita yang sebenarnya
3.   Bijaksanalah dalam berpikir:  “Be careful of your thoughts, for your thoughts become your words. Be careful of your words, for your words become your actions. Be careful of your actions, for your actions become your habits. Be careful of your habits, for your habits become your character. Be careful of your character, for your character becomes your destiny.”

Thursday, February 7, 2013

MInggu Biasa V: Dipanggil untuk Berbagi


Memasuki minggu terakhir masa biasa (Pekan V) sebelum memulai masa Pra-Paska, bacaan-bacaan suci yang kita dengar terus mengajak kita untuk berefleksi tentang peran aktif kita sebagai missionaris dalam konteks hidup bersama. Tugas dan peran kita sebagai ´penjala manusia´ sebagaimana dikatakan Yesus dalam bacaan injil hari ini menyadarkan kita tentang pentingnya kesaksian hidup kita dalam kehidupan bersama, untuk mendekatkan ´Tuhan pada sesama´ dan juga membawa dan mendekatkan sesama kepada Tuhan. Bacaan-bacaan suci ini mengetengahkan kepada kita beberapa pemikiran dasar tentang bagaimana menjalankan dan menghidupi tugas missioner itu.
Pengalaman Yesaya dalam bacaan Pertama menggariskan tentang pentingnya pengalaman kedekatan kita dengan Tuhan sebagai dasar pijak pewartaan kita setiap hari. Dibutuhkan kerelaan, kesediaan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan, menjadi alatNya untuk membagikan apa yang kita alami sendiri, seperti Yesaya dalam bacaan, kepada sesama kita. Kita harus bersedia membagi apa yang kita miliki, pengalaman kita bersama Tuhan, kepada sesama kita. 
Mengenai ini, pengalaman Petrus dan kawan-kawan dalam bacaan Injil juga menjelaskan lebih lanjut tentang dasar acuan tugas kita itu: kesediaan untuk melaksanakan apa yang diminta oleh Tuhan. Dengan kata lain, kepatuhan pada Tuhan harus menjadi dasar segalanya. Kita punya talenta, pengalaman, pengetahuan dan lain sebagainya, namun itu tidaklah cukup untuk bisa menjadi seorang yang sukses. Kepatuhan pada Tuhan, mendengarkan apa yang dikatakan kepada kita dalam perjumpaan yang intim, perlu menjadi sumber inspirasi kita untuk terus bekerja tanpa harus mengeluh apalagi menolak. Yesus hanya meminta kepada Petrus untuk bertolak lebih ke dalam, menantangnya untuk berani menghadapi segala kemungkinan tanpa rasa takut. Kita harus berani mengalahkan ego kita sendiri dan bersedia bekerja sama denganNya, mengalahkan rasa takut, bimbang, ragu, malas dan lelah kita. Di sini, kepatuhan pada permintaan Tuhan berarti membiarkan Tuhan menjadi petunjuk dan kompas arah hidup kita sehingga tugas kita menjadi ringan dan hasil yang kita harapkan pun berlimpah ruah. Selama kita membiarkan Tuhan menjadi lampu penerang hidup kita, hasil usaha kita sebagai missionaris pun akan berlipat ganda. Dibutuhkan kepatuhan dan kesediaan untuk bekerja lebih daripada yang biasa.
Di sinilah, Santu Paulus sekali lagi mengajak kita lewat suratnya yang pertama kepada umat di Korintus, untuk melihat betapa kaya dasar dan pengalaman iman akan Tuhan yang menjadi dasar pewartaan seorang missionaris. Kebangkitan Tuhan dan pengalaman akan kebangkitanNya menjadi dasar pewartaan bagi para murid. Dan bagi Paulus, meski tak mengalami itu sendiri, Ia bersedia melanjutkan karya perwartan itu karena ia percaya dan lebih dari itu, ia percaya karena dimampukan oleh rahmat Tuhan.
Semoga dengan rahmat Tuhan, kita dimampukan untuk bersedia mengemban tugas pewartaan kita sebagai missionaris Tuhan, membagikan pengalaman kita yang indah bersamaNya kepada sesama lewat sebuah cara hidup yang benar yang didasarkan pada apa yang ditunjukkan dan diperintahkan Tuhan kepada kita tanpa ragu dan takut.

Titik-titik refleksi: Tugas utama seorang missionaris
1.       Membagi pengalaman kita dengan Tuhan kepada sesama. Kita tak mungkin membagi apa yang tak kita miliki.
2.       Mengizinkan Tuhan untuk tetap menjadi Tuhan dalam hidup kita. Patuh dan bersedia mendengarkan apa yang dikatakanNya. He is the master. Dia tahu yang terbaik buat kita.
3.       Contoh hidup kita, bukti kedekatan kita dengan Tuhan menjadi alat ampuh pewartaan kita sebagai penjala manusia seperti yang diinginkan Tuhan.