Thursday, February 7, 2013

MInggu Biasa V: Dipanggil untuk Berbagi


Memasuki minggu terakhir masa biasa (Pekan V) sebelum memulai masa Pra-Paska, bacaan-bacaan suci yang kita dengar terus mengajak kita untuk berefleksi tentang peran aktif kita sebagai missionaris dalam konteks hidup bersama. Tugas dan peran kita sebagai ´penjala manusia´ sebagaimana dikatakan Yesus dalam bacaan injil hari ini menyadarkan kita tentang pentingnya kesaksian hidup kita dalam kehidupan bersama, untuk mendekatkan ´Tuhan pada sesama´ dan juga membawa dan mendekatkan sesama kepada Tuhan. Bacaan-bacaan suci ini mengetengahkan kepada kita beberapa pemikiran dasar tentang bagaimana menjalankan dan menghidupi tugas missioner itu.
Pengalaman Yesaya dalam bacaan Pertama menggariskan tentang pentingnya pengalaman kedekatan kita dengan Tuhan sebagai dasar pijak pewartaan kita setiap hari. Dibutuhkan kerelaan, kesediaan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan, menjadi alatNya untuk membagikan apa yang kita alami sendiri, seperti Yesaya dalam bacaan, kepada sesama kita. Kita harus bersedia membagi apa yang kita miliki, pengalaman kita bersama Tuhan, kepada sesama kita. 
Mengenai ini, pengalaman Petrus dan kawan-kawan dalam bacaan Injil juga menjelaskan lebih lanjut tentang dasar acuan tugas kita itu: kesediaan untuk melaksanakan apa yang diminta oleh Tuhan. Dengan kata lain, kepatuhan pada Tuhan harus menjadi dasar segalanya. Kita punya talenta, pengalaman, pengetahuan dan lain sebagainya, namun itu tidaklah cukup untuk bisa menjadi seorang yang sukses. Kepatuhan pada Tuhan, mendengarkan apa yang dikatakan kepada kita dalam perjumpaan yang intim, perlu menjadi sumber inspirasi kita untuk terus bekerja tanpa harus mengeluh apalagi menolak. Yesus hanya meminta kepada Petrus untuk bertolak lebih ke dalam, menantangnya untuk berani menghadapi segala kemungkinan tanpa rasa takut. Kita harus berani mengalahkan ego kita sendiri dan bersedia bekerja sama denganNya, mengalahkan rasa takut, bimbang, ragu, malas dan lelah kita. Di sini, kepatuhan pada permintaan Tuhan berarti membiarkan Tuhan menjadi petunjuk dan kompas arah hidup kita sehingga tugas kita menjadi ringan dan hasil yang kita harapkan pun berlimpah ruah. Selama kita membiarkan Tuhan menjadi lampu penerang hidup kita, hasil usaha kita sebagai missionaris pun akan berlipat ganda. Dibutuhkan kepatuhan dan kesediaan untuk bekerja lebih daripada yang biasa.
Di sinilah, Santu Paulus sekali lagi mengajak kita lewat suratnya yang pertama kepada umat di Korintus, untuk melihat betapa kaya dasar dan pengalaman iman akan Tuhan yang menjadi dasar pewartaan seorang missionaris. Kebangkitan Tuhan dan pengalaman akan kebangkitanNya menjadi dasar pewartaan bagi para murid. Dan bagi Paulus, meski tak mengalami itu sendiri, Ia bersedia melanjutkan karya perwartan itu karena ia percaya dan lebih dari itu, ia percaya karena dimampukan oleh rahmat Tuhan.
Semoga dengan rahmat Tuhan, kita dimampukan untuk bersedia mengemban tugas pewartaan kita sebagai missionaris Tuhan, membagikan pengalaman kita yang indah bersamaNya kepada sesama lewat sebuah cara hidup yang benar yang didasarkan pada apa yang ditunjukkan dan diperintahkan Tuhan kepada kita tanpa ragu dan takut.

Titik-titik refleksi: Tugas utama seorang missionaris
1.       Membagi pengalaman kita dengan Tuhan kepada sesama. Kita tak mungkin membagi apa yang tak kita miliki.
2.       Mengizinkan Tuhan untuk tetap menjadi Tuhan dalam hidup kita. Patuh dan bersedia mendengarkan apa yang dikatakanNya. He is the master. Dia tahu yang terbaik buat kita.
3.       Contoh hidup kita, bukti kedekatan kita dengan Tuhan menjadi alat ampuh pewartaan kita sebagai penjala manusia seperti yang diinginkan Tuhan.

No comments:

Post a Comment