Memasuki minggu terakhir masa
biasa (Pekan V) sebelum memulai masa Pra-Paska, bacaan-bacaan suci yang kita
dengar terus mengajak kita untuk berefleksi tentang peran aktif kita sebagai
missionaris dalam konteks hidup bersama. Tugas dan peran kita sebagai ´penjala
manusia´ sebagaimana dikatakan Yesus dalam bacaan injil hari ini menyadarkan
kita tentang pentingnya kesaksian hidup kita dalam kehidupan bersama, untuk
mendekatkan ´Tuhan pada sesama´ dan juga membawa dan mendekatkan sesama kepada
Tuhan. Bacaan-bacaan suci ini mengetengahkan kepada kita beberapa pemikiran
dasar tentang bagaimana menjalankan dan menghidupi tugas missioner itu.
Pengalaman Yesaya dalam bacaan
Pertama menggariskan tentang pentingnya pengalaman kedekatan kita dengan Tuhan sebagai dasar pijak pewartaan kita setiap hari. Dibutuhkan
kerelaan, kesediaan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan, menjadi alatNya untuk
membagikan apa yang kita alami sendiri, seperti Yesaya dalam bacaan, kepada
sesama kita. Kita harus bersedia membagi apa yang kita miliki, pengalaman kita bersama
Tuhan, kepada sesama kita.
Mengenai ini, pengalaman
Petrus dan kawan-kawan dalam bacaan Injil juga menjelaskan lebih lanjut tentang
dasar acuan tugas kita itu: kesediaan untuk melaksanakan apa yang diminta oleh
Tuhan. Dengan kata lain, kepatuhan pada Tuhan harus menjadi dasar segalanya.
Kita punya talenta, pengalaman, pengetahuan dan lain sebagainya, namun itu
tidaklah cukup untuk bisa menjadi seorang yang sukses. Kepatuhan pada Tuhan,
mendengarkan apa yang dikatakan kepada kita dalam perjumpaan yang intim, perlu
menjadi sumber inspirasi kita untuk terus bekerja tanpa harus mengeluh apalagi
menolak. Yesus hanya meminta kepada Petrus untuk bertolak lebih ke dalam,
menantangnya untuk berani menghadapi segala kemungkinan tanpa rasa takut. Kita harus berani mengalahkan ego kita sendiri dan bersedia bekerja sama
denganNya, mengalahkan rasa takut, bimbang, ragu, malas dan lelah kita. Di
sini, kepatuhan pada permintaan Tuhan berarti membiarkan Tuhan menjadi petunjuk
dan kompas arah hidup kita sehingga tugas kita menjadi ringan dan hasil yang
kita harapkan pun berlimpah ruah. Selama kita membiarkan Tuhan menjadi lampu
penerang hidup kita, hasil usaha kita sebagai missionaris pun akan berlipat
ganda. Dibutuhkan kepatuhan dan kesediaan untuk bekerja lebih daripada yang
biasa.
Di sinilah, Santu Paulus
sekali lagi mengajak kita lewat suratnya yang pertama kepada umat di Korintus,
untuk melihat betapa kaya dasar dan pengalaman iman akan Tuhan yang menjadi
dasar pewartaan seorang missionaris. Kebangkitan Tuhan dan pengalaman akan kebangkitanNya
menjadi dasar pewartaan bagi para murid. Dan bagi Paulus, meski tak mengalami
itu sendiri, Ia bersedia melanjutkan karya perwartan itu karena ia percaya dan
lebih dari itu, ia percaya karena dimampukan oleh rahmat Tuhan.
Semoga dengan rahmat Tuhan,
kita dimampukan untuk bersedia mengemban tugas pewartaan kita sebagai
missionaris Tuhan, membagikan pengalaman kita yang indah bersamaNya kepada
sesama lewat sebuah cara hidup yang benar yang didasarkan pada apa yang
ditunjukkan dan diperintahkan Tuhan kepada kita tanpa ragu dan takut.
Titik-titik refleksi: Tugas
utama seorang missionaris
1.
Membagi pengalaman kita dengan Tuhan kepada
sesama. Kita tak mungkin
membagi apa yang tak kita miliki.
2.
Mengizinkan
Tuhan untuk tetap menjadi Tuhan dalam hidup kita. Patuh dan bersedia
mendengarkan apa yang dikatakanNya. He is the master. Dia tahu yang terbaik
buat kita.
3.
Contoh
hidup kita, bukti kedekatan kita dengan Tuhan menjadi alat ampuh pewartaan kita
sebagai penjala manusia seperti yang diinginkan Tuhan.
No comments:
Post a Comment