Semua kita tahu dan sadar makna sebenarnya
dari masa Pra-paskah dalam kaitannya dengan kualitas iman dan kepribadian kita.
Masa Pra-paskah merupakan sebuah kesempatan emas untuk memperbaiki relasi kita
dengan Tuhan, sesama dan juga diri kita sendiri yang rusak karena kesalahan
kita sendiri, yang namakan dosa. Upaya untuk kembali dan memperbaiki relasi
itu kita kenal dengan istilah, tobat. Tobat, hanya akan menjadi lebih berarti
dalam hidup kita bila dimaknai lewat suatu cara hidup yang dibangun atas dasar
iman yang kokoh akan Tuhan dan juga keinginan yang tulus untuk hidup
berdampingan secara baik dengan sesama.
Bacaan-bacaan yang diketengahkan bagi kita
hari ini mengajak kita untuk membangun suatu landasan hidup yang kokoh sebagai
umat Tuhan atas dasar keyakinan akan kebaikan dan kebesaran Tuhan bagi kita dan sekaligus mengajak kita untuk menghidupi iman itu dalam relasi hidup
yang berkualitas.
Bacaan pertama menceritakan pengalaman
Abraham akan kebaikan Allah kepadanya. Allah mengetengahkan segala yang telah
dibuatNya bagi Abraham, membuktikan kebesaraNya dan lalu membuat perjanjian dengan Abraham untuk
tetap mendampingi dan melindungi dia dan semua keturunannya.
Pengalaman iman akan kebaikan dan kebesaran
Tuhan ini ditunjukkan juga dalam bacaan Injil hari ini lewat apa yang kita dengan transfigurasi. Tiga murid diajak oleh
Yesus untuk mendaki gunung dan di atas gunung itu, terjadilah transfigurasi. Peristiwa
ini dengan sendirinya menegaskan identitas Yesus yang sebenarnya sebagai
pemenuhan segala janji yang disampaikan oleh para Nabi dan juga penjelmaan
hukum-hukum Allah lewat Nabi Musa. Peristiwa iman ini lalu menjadi dasar yang
meneguhkan iman dan kepercayaan para murid akan Yesus dan sekaligus menegaskan
tugas yang harus mereka emban mulai saat itu dan seterusnya: mendengarkan dan mengikuti Yesus.
Pengalaman kita bersama Tuhan setiap hari,
sudah pasti harus menjadi dasar pewartaan kita terutama lewat corak dan gaya
hidup kita. Santo Paulus dalam bacaan II hari ini mengajak umat di Filipi untuk
meniru dan mengikuti teladan mereka, mewartakan Sabda Tuhan lewat cara hidup
yang benar. Paulus mengeritik mereka yang justeru menjadi musuh salib yang
terungkap dalam kecenderungan hidup mereka yang egoistis dan memfokuskan diri
hanya pada hal-hal negatif yang bersifat merusak. Untuk itu, Paulus mengajak kita untuk dengan berani
dan tegas menghindari cara-cara hidup seperti ini, dan dengan setia memfokuskan
diri pada Salib, sebagai simbol perlawanan kita akan segala yang bisa
menjauhkan kita dari cinta Tuhan, sesama dan diri sendiri lewat praktek hidup
yang benar sebagai anak-anak pilihan Tuhan.
Masa Prapaskah ini dengan sendirinya menjadi kesempatan untuk memperbaiki kualitas relasi kita dengan Tuhan, sesama dan diri sendiri. Kesadaran akan minimnya atau rusaknya relasi itu harus membawa kita untuk mengubah diri, mengikuti ajakan `untuk mendengarkan Tuhan`serta menghidupinya secara nyata setiap hari. Pertobatan yang nyata adalah pertobatan yang memiliki efek bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi sesama yang tercermin dalam perilaku kita setiap hari. Kedamaian yang kita rasakan dalam hati, kebersamaan yang tercipta (dengan sesama) dengan sendirinya mendekatkan kita pada Tuhan. Dan pengalaman bersama dengan Tuhan akan membawa kita untuk semakin memperdalam iman kita akan Tuhan dan juga memperbaiki kualitas hidup dan relasi kita dengan sesama dan diri sendiri.
Titik-titik refleksi:
1. Setiap saat kita
selalu diundang dan diberi kesempatan untuk menikmati kebaikan dan kebesaran
Tuhan.
2.
Tugas kita adalah
membagi pengalaman hidup kita bersama Tuhan lewat kesaksian hidup yang
autentik.
No comments:
Post a Comment