Saturday, March 2, 2013

Minggu III Prapaska: Allah yang Peduli


Memasuki minggu ketiga masa Prapaska, bacaan-bacaan suci yang diketengahkan mengingatkan kita akan Allah kita yang peduli akan kita dan bagaimana Allah bekerja untuk mengeluarkan kita dari situasi tersebut.
Kepedulian Allah itu secara jelas diceritakan dalam bacaan pertama  mengenai pengalaman Moses, yang juga merupakan awal keterlibatannya dengan proses pembebasan umat Israel dari kungkungan penguasa Mesir.  Allah menyatakan kepada Moses secara jelas bahwa Ia mendengar keluh dan kesah serta melihat penderitaan umatNya. Saatnya semua ini diakhiri. Untuk itulah Moses diminta untuk terlibat dalam proses pembebasan ini.  Keterlibatan Moses dalam proses ini menjelaskan kepada kita satu kenyataan yang sangat mendasar, proyek keselataman Allah itu membutuhkan partisipasi aktif kita. Moses diminta untuk menjadi perantara yang membawakan ketenangan, kedamaian dan pesan yang membebaskan kepada umatNya.
Kepedulian Allah akan pengalaman dan kesulitan umatNya ini pun dijelaskan dengan cara yang lain lewat penjelasan Yesus mengenai kesabaran Allah dalam berhadapan dengan kita dan pentingnya memperbaiki kualitas hidup kita seturut yang dikehendaki Allah. Lewat perumpamaan mengenai pohon yang tidak menghasilkan buah, Yesus mengingatkan kita untuk memanfaatkan hidup kita untuk menghasilkan buah yang berkualitas. Kualitas hidup kita ini diukur dan dinilai dari semua yang kita buat dan hasilkan, yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh mereka yang berada di sekitar kita. Semuanya sudah kita miliki: waktu yang cukup, dasar yang kuat dan jelas. Yang diperlukan hanyalah kesediaan dan keseriusan kita dalam kaitannya dengan tugas panggilan tersebut.
Mengenai ini, dalam bacaan kedua, Santu Paulus mengajak kita untuk menjadikan kisah masa lalu para pendahulu kita sebagai contoh dan cermin hidup kita sekarang. Konsekuensi dari ketidakpatuhan mereka adalah kesulitan dan kematian, dan kita sudah pasti tidak ingin mengalaminya. Kesengsaraan, sudah pasti tak ingin kita alami. Bahkan kita berusaha sekuat tenaga untuk menghindari ini. Tiada jalan yang lebih baik untuk menghindari dan/atau menghadapi kesulitan hidup selain kesediaan untuk mengikuti apa yang diajarkan dan ditunjukkan oleh Tuhan. Seperti kata Santu Paulus dalam bacaan kedua, semua kita sadar dan tahu, bahwa hidup kita ini dibangun dan dihidupi di atas landasan yang sama, Kristus. Yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana kita memanfaatkan dasar yang kokoh ini untuk memaknai hidup kita secara lebih berarti.
Memang tidaklah gampang, usaha kita untuk menghasilkan buah yang berlimpah dan berkualitas. Tantangan dan kesulitan datang silih berganti. Tapi ini tidak berarti bahwa kita sendirian. Allah memperhatikan semua yang kita hadapi. Lewat kehadiran dan bantuan dari mereka yang kita jumpai, kita bisa merasakan tangan kasih Allah yang membantu kita untuk menyelesaikan persoalan hidup kita. Pada saat yang sama, seperti Moses, kita dimintakan kesediaan untuk menjadi sumber pengharapan bagi sesama kita dan instrument yang membangkitkan harapan dan animo hidup mereka. Untuk itu, dibutuhkan satu hal sebagaimana dikatakan oleh bacaan Injil, jangan kita sia-siakan waktu yang ada untuk mengisinya dengan sesuatu yang positif demi menghasilkan buah yang berlimpah pada waktunya. Kesempatan yang kita miliki pun menjadi ajang untuk memperbaiki yang salah demi sebuah perjalanan yang lebih berkualitas ke depan.
Semoga masa Prapaska ini menjadi kesempatan untuk kita memperbaiki diri, memperbaharui hidup kita dan menjadikan diri kita sebagai instrument Allah bagi sesame, terlebih mereka yang membutuhkan kita.

Titik-titik refleksi
@ Dalam kesulitan, jangan takut atau gelisah atau goncang imanmu. Allah peduli dengan kita.
@ Allah membutuhkan kita untuk menjadi alatNya bagi orang lain. Maukah kita?
@ Dari buah yang kita hasilkan, kita akan dinilai. Jangan sia-siakan waktu yang ada.

No comments:

Post a Comment