
Kepedulian Allah itu secara jelas diceritakan dalam bacaan pertama mengenai pengalaman Moses, yang juga
merupakan awal keterlibatannya dengan proses pembebasan umat Israel dari
kungkungan penguasa Mesir. Allah
menyatakan kepada Moses secara jelas bahwa Ia mendengar keluh dan kesah serta
melihat penderitaan umatNya. Saatnya semua ini diakhiri. Untuk itulah Moses
diminta untuk terlibat dalam proses pembebasan ini. Keterlibatan Moses dalam proses ini menjelaskan
kepada kita satu kenyataan yang sangat mendasar, proyek keselataman Allah itu
membutuhkan partisipasi aktif kita. Moses diminta untuk menjadi perantara yang
membawakan ketenangan, kedamaian dan pesan yang membebaskan kepada umatNya.
Kepedulian Allah akan pengalaman dan kesulitan umatNya ini pun
dijelaskan dengan cara yang lain lewat penjelasan Yesus mengenai kesabaran
Allah dalam berhadapan dengan kita dan pentingnya memperbaiki kualitas hidup
kita seturut yang dikehendaki Allah. Lewat perumpamaan mengenai pohon yang
tidak menghasilkan buah, Yesus mengingatkan kita untuk memanfaatkan hidup kita
untuk menghasilkan buah yang berkualitas. Kualitas hidup kita ini diukur dan
dinilai dari semua yang kita buat dan hasilkan, yang bisa dirasakan dan
dinikmati oleh mereka yang berada di sekitar kita. Semuanya sudah kita miliki:
waktu yang cukup, dasar yang kuat dan jelas. Yang diperlukan hanyalah kesediaan
dan keseriusan kita dalam kaitannya dengan tugas panggilan tersebut.
Mengenai ini, dalam bacaan kedua, Santu Paulus mengajak kita untuk
menjadikan kisah masa lalu para pendahulu kita sebagai contoh dan cermin hidup
kita sekarang. Konsekuensi dari ketidakpatuhan mereka adalah kesulitan dan
kematian, dan kita sudah pasti tidak ingin mengalaminya. Kesengsaraan, sudah
pasti tak ingin kita alami. Bahkan kita berusaha sekuat tenaga untuk
menghindari ini. Tiada jalan yang lebih baik untuk menghindari dan/atau
menghadapi kesulitan hidup selain kesediaan untuk mengikuti apa yang diajarkan
dan ditunjukkan oleh Tuhan. Seperti kata Santu Paulus dalam bacaan kedua, semua
kita sadar dan tahu, bahwa hidup kita ini dibangun dan dihidupi di atas
landasan yang sama, Kristus. Yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana kita
memanfaatkan dasar yang kokoh ini untuk memaknai hidup kita secara lebih
berarti.
Memang tidaklah gampang, usaha kita untuk menghasilkan buah yang
berlimpah dan berkualitas. Tantangan dan kesulitan datang silih berganti. Tapi ini
tidak berarti bahwa kita sendirian. Allah memperhatikan semua yang kita hadapi.
Lewat kehadiran dan bantuan dari mereka yang kita jumpai, kita bisa merasakan
tangan kasih Allah yang membantu kita untuk menyelesaikan persoalan hidup kita. Pada saat yang sama, seperti Moses, kita
dimintakan kesediaan untuk menjadi sumber pengharapan bagi sesama kita dan instrument
yang membangkitkan harapan dan animo hidup mereka. Untuk itu, dibutuhkan satu
hal sebagaimana dikatakan oleh bacaan Injil, jangan kita sia-siakan waktu yang
ada untuk mengisinya dengan sesuatu yang positif demi menghasilkan buah yang
berlimpah pada waktunya. Kesempatan yang kita miliki pun menjadi ajang untuk
memperbaiki yang salah demi sebuah perjalanan yang lebih berkualitas ke depan.
Semoga masa Prapaska ini menjadi kesempatan untuk kita memperbaiki diri,
memperbaharui hidup kita dan menjadikan diri kita sebagai instrument Allah bagi
sesame, terlebih mereka yang membutuhkan kita.
Titik-titik refleksi
@ Dalam kesulitan, jangan takut atau gelisah atau goncang imanmu. Allah
peduli dengan kita.
@ Allah membutuhkan kita untuk menjadi alatNya bagi orang lain. Maukah kita?
@ Dari buah yang kita hasilkan, kita akan dinilai. Jangan sia-siakan
waktu yang ada.
No comments:
Post a Comment