Bar. 5: 1 - 9
Flp. 1: 4 -6.8 - 11
Luk. 3 : 1 - 6
Saudara-saudariku yang terkasih.
Hari ini kita memasuki pekan
kedua masa adven. Penantian
sudah pasti merupakan suatu moment yang menarik. Penantian
kadang membawa kita pada sebuah titik yang menguji kemampuan
kita mengontrol diri dalam kesabaran. Penantian juga bisa menjadi ajang untuk menguji dan membuktikan kesetiaan hati kita. Kesabaran, sering menjadi titik lemah
dari kebanyakan kita. Lantaran tidak sabar, kita sering mengambil sebuah
keputusan drastis yang lalu merugikan diri sendiri. Kesabaran dalam hal ini selalu berarti kesediaan untuk memperpanjang masa penantian ini meski kita
tidak tahu kapan penantian itu akan berakhir. Menantikan sesuatu yang pasti
akan tiba, namun tanpa kejelasan waktu sudah pasti membutuhkan kerelaan untuk
berkorban, kesediaan untuk tetap berjaga hingga kapan pun. Hanyalah mereka yang
bersedia bertahan hingga titik akhir, akan mengatakan dan menceritakan indahnya
kehidupan di saat kebersamaan itu terjalin di ujung batas penantian yang
dibuat.
Hari ini, di hari minggu ke-2 masa adven ini,
bacaan-bacaan yang disuguhkan menceritakan kepada kita apa artinya kesabaran
dalam penantian dan juga menyadarkan kita akan tugas dan panggilan kita untuk
menjadi sumber kekuatan dan ketenangan bagi mereka yang menanti. Di sini, peran
Yohanes Pembaptis menjadi cermin dan contoh bagi kita semua.
Yohanes Pembaptis hari ini mewartakan tentang
kehadiran Sang Mesias yang telah lama dinantikan oleh umat Allah, yang mungkin
sudah tiba pada titik kejenuhan. Yohanes muncul sekalian untuk menggemakan
pesan Allah bahwa apa yang mereka nantikan telah tiba. Apa yang dijanjikan
dalam Bacaan Pertama hari ini, ketika Nabi Barukh menyerukan pesan kedamaian
dan ketenangan, kebahagiaan dan keceriaan hidup yang buah karya Allah di tengah mereka. Barukh mengundang umat kesayangan Tuhan untuk segera keluar
dari persoalan yang mengungkungnya dan menyambut karya penyelamatan Allah tersebut.
Persoalan dan kesulitan hidup sudah menjadi tak berarti karena kehadiran dan
karya Allah yang besar di tengah-tengah mereka.
Menggemakan sekali lagi pesan pengharapan
Barukh ini, Yohanes Pembaptis mengundang umat Tuhan untuk mempersiapkan diri
menyambut kehadiran Sang Mesias. Yohanes dan Barukh menjadi alat Tuhan,
mengundang dan memotivasi umat untuk tetap bertahan dalam penantian,
memperpanjang kesabarannya dan teguh dalam kesetiaan, hingga titik penghujung. Mereka
menjadi simbol pengharapan bagi umat, membantu dan memotivasi umat Tuhan untuk
tetap bertahan dalam iman dan pengharapan akan Tuhan. Yang pasti, Dia yang
menjanjikan semua itu lewat hamba-hambaNya tidak pernah akan mengingkari. Yang
dibutuhkan dari kita hanyalah kesabaran untuk menanti dipandu dengan kesetiaan
kita yang total padaNya.
Peran Yohanes dan Barukh ini lalu juga turut dijelaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi. Di sini, Paulus
memberikan sebuah teladan yang patut kita contohi, memotivasi umatNya untuk
hidup dalam persaudaraan dan terus mendoakan mereka. Dia ingin agar umat
pilihan Tuhan ini bertumbuh dalam persaudaraan yang erat dan keteguhan serta
kesetiaan iman yang total kepada Tuhan.
Nabi Barukh, Paulus dan Yohanes, mengundang
kita saudara-saudariku, agar kita sanggup menjadi agen yang membangkitkan
harapan dan kebahagiaan dalam hidup orang lain. Kita ini hanyalah alat Tuhan,
yang dipanggil, dipilih dan diurapi untuk mewartakan kehadiran dan karya Tuhan
dalam hidup bersama.
Semoga kata dan tindakan kita, menjadi contoh
yang membangkitkan iman dan membantu membawa pesan harapan dan keteguhan iman
bagi mereka yang lagi dilanda kesulitan hidup.
Point-point untuk refleksi:
1.
Pentingnya
keteguhan dalam iman dalam mengarungi hidup.
2. Peran
kita sebagai alat Tuhan dalam hidup bersama. Semoga kata dan cara hidup
kita menjadi sumber inspirasi agar semakin banyak orang mendekatkan diri pada
Tuhan dan menghadirkan Tuhan dalam kebersamaan kita
No comments:
Post a Comment